Minggu, 01 Januari 2017

Opak Angin | Jajanan Menanti Punah

Panganan opo ya?

Pertanyaan  seperti  itu mungkin yang akan dilontarkan oleh sebagian orang ketika mendengar jajanan dengan sebutan Opak Angin. Awalnya saya juga ngga tahu opak angin itu apa sebenarnya selain beberapa kali mendengarnya bila jajanan ini pernah populer di masa silam. Meski zaman sudah berlalu - tidak berarti para sesepuh, orang tua kita akan begitu mudah melupakan keberadaan opak angin. Karena opak angin pernah hadir dalam perjalanan hidupnya. Dan faktanya, opak angin ini masih terus di buru para priyayi Jawa yang telah sukses di luar Solo yang akan mencari dan menikmati kembali ketika tindak (datang) di Solo. Entah dech kalau suatu saat opak angin bisa nge-Hitz kembali oleh talent kalangan anak muda yang akrab dengan teknologi media.

Saya masih beruntung  bisa menemui salah satu dari 3 orang pengrajin kudapan ini, saya bisa melihat mulai dari persiapan bahan, proses pengolahan, pemanggangan dan penyajiannya.  Ibu Hadi saya ‘ngaturi’-  memanggil nama dia begitu, sebagaimana para pelanggannya menyebut nama beliau. Dia berasal dari Ds Serenan Sukoharjo dan telah 55 tahun menekuni bisnis ini. Melihat pembuatan dan penjualan opak ini saya pikir, hal ini lebih dari sekedar jual-beli karena di dalamnya ada sebuah  tanggung jawab moral terhadap kearifan lokal produk kuliner asli Jawa.  Opak angin di buat dari tepung beras ketan yang di tumbuk dengan alu dalam sebuah lumpang, lesung. Kemudian di campur dengan gula pasir dan pewarna untuk mendapatkan opak  merah. Bahan setengah jadi ini kemudian di keringkan dengan penjemuran di panas matahari dan tahap terakhirnya dipanggang di atas bara arang untuk mendapatkan opak yang siap di makan. Nah, sederhana bukan? Yang ribet adalah proses pembuatannya. Dari disitulah sebuah produk sehat yang jauh dari bahan aditif kimia sekaligus aman bagi kesehatan tubuh kita. Owh, hampir lupa, saya belum menginformasikan harga sebungkus opak angin itu, cukup murah kok ada yang Rp 14.000,- atau kemasan besarnya.


Terus, dimana untuk mendapatkan opak Bu Hadi? Saya bisa datang ke lapak dia di emperan toko  di Coyudan Solo. Keseharian dan kesederhanaan  dari Bu Hadi itu seolah menjadi selling point dari opak angin itu sendiri.  Benar lho, rasa opak yang simple ini menjadi complicated karena adanya atmosphere keramahan, kerendahan hati dan nilai luhur dari Ibu Hadi. Berdialog sembari nyicipi opak angin itu saya pun beruntung mendapatkan nur spirit Ibu Hadi. Ada sedikit kekhawatiran ketika mendengar tutur Ibu Hadi bahwa ketrampilan tersebut belum ada yang tertarik mewarisi, apakah opak angin akan berhenti di Ibu Hadi ?


Sabtu, 15 Oktober 2016

Garang Asem ala Mbah Rono Klaten

Pecinta kuliner, hallo apa kabarnya?
Masih setia memanjakan lidah dengan sajian kuliner khas Solo? Satu lagi posting dari saya untuk mengangkat olahan berbahan dasar daging ayam. Masyarakat Jawa pada umumnya sudah mengenal dengan baik, olahan yang disebut dengan Garang Asem. Meski generasi muda sekarang mungkin ada yang merasa asing belum mengenal dengan lengkap dengan kekayaan keanekaragaman kuliner tradisional ini. 

Garang asem adalah sajian yang dibuat dari daging ayam atau jeroan ayam (rempela ati) dengan bumbu sederhana. Kalaupun saya kunyah maka yang menonjol dari tastenya adalah rasa asam yang di peroleh dari buah asam, tomat atau belimbing wuluh, cita rasa pedas karena ada cabe merah, ijo atau rawit. Sedangkan asin gurihnya berasal dari garam, bawang merah dan putih. Dan satu lagi yang ngga boleh di lupakan, harus dibungkus dengan daun pisang dan selalu dipanaskan sebelum siap saji. Artinya ketika kita makan dengan nasi, maka sensasi asam, pedas dan hangat akan memberikan pengalaman  yang sangat berbeda dengan olahan ayam pada umumnya. Kuah dari garang asam ini berwarna putih, gurih karena kaldu ayam yang melimpah akibat pengolahan dengan panas api lambat (di kukus) bukan di rebus layaknya kuah gule ayam.

Saya beruntung bisa berdialog dengan penjaga kekhasan Garang Asem Mbah Rono Klaten ini, tutur beliau di sudah 'nderek' di warung ini puluhan tahun lamanya. Sehingga sampai dengan hari ini meskipun dia tidak mengolah langsung tetapi warisan kelezatannya masih ada di tangan mbah Sadiyem, seorang ahli masak garang asem yang telah mengabdi di warung Garang Asem Mbah Rono. Dewasa ini warung telah dikelola oleh cucu dari Mbah Rono dan jangan kuatir bila datang ke sana karena cukup dengan membayar Rp 20.000,- maka kita sudah bisa menikmati sajian Garang Asem yang sangat lezat.


Senin, 18 April 2016

Soto Gading Wetan Solo

Bagi semua pecinta keplek ilat nama Daerah Gading Solo identik dengan kuliner sotonya. Entah kenapa? Saya juga tidak tahu. Kali ini yang saya cermati adalah Soto Gading Wetan, yang terletak persis di depan Pasar Gading. Bukan apa-apa dan sebab lainnya selain  karena warung ini sangat ramai dan penuh sesak didatangi pelanggannya yang rata-rata adalah warga Kota Solo sendiri. Secara tidak langsung saya akan bilang bahwa harga di sini cukup miring : murah tur enak. Dan yang lebih kondangnya,  di sini soto disajikan dengan piring, bukan mangkok seperti halnya warung-warung soto lainnya. Dan jangan lupa untuk mencicipi lauknya, semacam tahu, tempe dan masih banyak lainnya semua tersaji di meja dalam keadaan hangat, wuenaak tow. Siang ini saya cuma makan sepiring soto, es teh dan dua tempe glepung cukup merogoh kantong Rp 12.000,-. 
Percaya nggak kalau saya bilang murah dan kenapa warga Solo juga njujuk ke warung ini?. Monggo buktikan


Minggu, 27 Maret 2016

Sego Kikil Bu Cilik Solo

Siapa yang belum tahu manfaat kikil? Kikil adalah bagian dari daging kaki sapi yang kaya colagen dan mengandung Sn yang berfungsi sebagai anti oksidan. Dan yang mau saya shared buat teman-teman di sini adalah nikmatnya olahan dari Bu Cilik ini, oseng kikil kecapnya. Mungkin makan kikil dimana-mana akan begitu - begitu saja tetapi di tangan Mbok Galak ini kikilnya menjadi luar biasa. Entah apanya, tetapi bila saya perhatikan, sajian sego kikil ini dipadu dengan oseng-oseng godong kates yang pedas, masih di tambah dengan sambel bawang yang akan mendatangkan sensasi lebih pedas lagi. Alhasil makan sego kikil ini bener-bener 'galak' pedasnya. Tak ayal semua pelanggannya sudah biasa bila makan di warungnya Bu Cilik ini akan berpeluh-peluh dan sesekali memainkan kertas tissue untuk menyeka keringat di dahinya.
Pengunjung warung Bu Cilik tidak hanya dari Solo, tetapi yang dari luar kota pun tidak sedikit untuk rela berantri memperoleh kesempatan makan siang di warung ini. Tidak jarang pula warga Solo yang sedang pulang kota pasti juga akan mampir  kembali di warung berukuran 5 X 8 M ini. Apa istimewanya sich? 
Murah, enak dan mengenyangkan itu pasti, bayangkan saja untuk sepiring nasi kikil dan oseng + tempe tahu  goreng ini cuma di banderol Rp 10.000,-. Dan, rasa kenyangnya awet bisa tahan 6 jam berikutnya sehingga pelanggannya di dominasi oleh laki-laki pekerja lapangan dan para pemburu kuliner. Makan kikil di sini dijamin empuk karena potongan kikilnya di iris tipis, keset kering dan tidak lengket di nasinya (kecuali yen wis entek-entekan), karena kikil yang berada di lapisan terendah  di dasar panci. Sehari Bu Cilik itu mampu menjual kikil hingga 50 Kg dan segera ludes cuma dalam waktu kurang dari jam 14:00, dan bila menghendaki membungkus kikil, ini yang rodo angel karena jarang sekali Bu Cilik mau melayani penjualan kikil tanpa nasi kecuali sudah pesan sehari sebelumnya. (Minggu 27 Maret 2016). Solo ngangeni tow? Monggo pinarak, dahar murah tur enak hanya ada di Solo lho

Jumat, 25 Maret 2016

Sup Matahari - Sup-nya Wong Solo

Kalau melakoni wisata kuliner di Solo kebanyakan orang akan lebih tahu tentang Sego Liwet, iya betul -  ngga keliru karena memang sego liwet telah menjadi icon-nya Kota Solo. Dan setelah itu para pelancong lidah tentu akan berburu gudeg ceker, dan atau mengakhiri malamnya di Warung Hik. Di sini saya akan woro-woro sebuah hidangan murah meriah, sehat dan nikmat, namanya Sup Matahari. Konon sup ini akan mudah di jumpai ketika ada perhelatan pernikahan karena warga Solo sering menyajikannya sebagai dessert. Apa itu Sup Matahari? Sebenarnya itu hanyalah sebuah termilogi kata saja untuk menggambarkan sajian yang terbuat dari adonan daging cacah tepung panir, di tambah rajangan tipis wortel, jamur, sosis dll, Semua bahan tadi akan terbungkus pada lembaran bundar yang terbuat dari telur dadar. 
So, di warung mana yang bisa untuk referensi bila ingin menikmati Sup Matahari setiap saat ini? Ni dia  - Warung Tenda Biru (tapi jangan harap bisa lihat ada tendanya, itu masa lalu ha ha ha ha ha ha - karena memang tidak berada di sebuah tenda) Warung ini satu komplek dengan PonPes Ta'mirul Islam (sisi utara) di Jl Samanhudi 1 Mangkuyudan Solo, persis di depan Hotel Zein Solo. Di Warung Tenda Biru ini tersaji beberapa pilihan menu seperti es gempol, gudeg ceker, selat Solo, dll. Saya rekomended dech buat warung ini karena selain harganya murah, enak juga mudah di akses dari arah manapun. Untuk seporsi Sup Matahari ini misalnya, cuma Rp 7.000,- dan harga porsi menu lainnya ngga jauh-jauh dari angka tersebut dan ngga heran warung ini akan ramai pengunjung karena terkenal enak dan murahnya. 
Silakan - teman-teman pesohor kuliner enak murah mencoba menu yang satu ini.(Maret2016)

Jamu is My Life Style

Ini bukan lips service loh, saya memang suka jamu dan saya masih ingat bahwa kebiasaan - tradisi ini di tanamkan oleh ibu selepas saya  lulus pendidikan SD. Alasannya ibu waktu itu apa , saya pun tidak mengetahui persisnya, yang pasti dengan meminum jamu maka saya telah terjaga kesehatannya  dan sekaligus ikut menjaga kearifan nenek moyang. Nah di Solo - persisnya di Toko Jamu Akar Sari Coyudan teman-teman akan menemukan berbagai jenis jamu dan bisa pula meminumnya sesuai kehendak pesanan. Mau pegel linu, kebugaran, vitalitas dst, semua ada. Soal harga murah meriah dan enak rasanya - ngga seperti kesan yang sering kita dengar bahwa minum jamu itu pahit, amis dan bikin neg. Di Akar Sari kesan seperti ini ngga bakal ketemu, apalagi bagi mereka yang demen minuman beras kencur dan terasa lebih sedap bila di minum tambahan es batu, 
Apakah ada niat pengin mencobanya? Bukankah kita kudu berani anti mainstream? Di saat mereka tergila-gila dengan suplemen obat modern kenapa kita tidak melirik konsep back to nature ini?

Sample Juice Jahe Madu (free charge)

Jenang Solo

Bicara panganan jenang tentu akan terpikir secara cepat, sebuah bentuk hidangan yang dulu pernah digandrungi oleh nenek moyang, mbah-mbah pendahulu kita. Semacam jajanan jadul iya, meski demikian bukan berarti jenang itu tidak enak. Bila berkunjung di RM Omi maka teman-teman akan menemukan aneka jenang yang dibanderol dengan harga Rp 6.000,- per porsi nya, murah bukan? Jenang apa sich yang paling di sukai di rumah makan ini? Semua punya selera tetapi saya lebih memilih jenang Pati Telo atau Jenang Kombinasi (mutiara, sumsum, ketan hitam dan grendul). 

Terus kenapa jenang bisa beraneka ragam seperti ini? bukankah jenang itu semua berangkat dari rasa manis? Pastinya rasa manis bercampur dari aneka nama ini memiliki sensasi tersendiri di lidah. Jenang Pati Telo misalnya, jenang patinya akan bercampur dengan gurihnya juruh (santan) dan manisnya telo. Dan pas kita kunyah di situlah awal kenikmatannya yang sungguh sungguh saya sulit mendiskripsikan kepuasannya. Oiya lokasi RM Omi ini ada di depan POM Bensin Laweyan, Jl Dr Radjiman Solo. Buka mulai jam 09:00 hingga jam 21:00. Selain itu di rumah makan ini tersaji juga ayam dan bebek goreng dan silakan mencicipi kelezatannya.Monggo pinarak...(Maret2016)