Sabtu, 15 Oktober 2016

Garang Asem ala Mbah Rono Klaten

Pecinta kuliner, hallo apa kabarnya?
Masih setia memanjakan lidah dengan sajian kuliner khas Solo? Satu lagi posting dari saya untuk mengangkat olahan berbahan dasar daging ayam. Masyarakat Jawa pada umumnya sudah mengenal dengan baik, olahan yang disebut dengan Garang Asem. Meski generasi muda sekarang mungkin ada yang merasa asing belum mengenal dengan lengkap dengan kekayaan keanekaragaman kuliner tradisional ini. 

Garang asem adalah sajian yang dibuat dari daging ayam atau jeroan ayam (rempela ati) dengan bumbu sederhana. Kalaupun saya kunyah maka yang menonjol dari tastenya adalah rasa asam yang di peroleh dari buah asam, tomat atau belimbing wuluh, cita rasa pedas karena ada cabe merah, ijo atau rawit. Sedangkan asin gurihnya berasal dari garam, bawang merah dan putih. Dan satu lagi yang ngga boleh di lupakan, harus dibungkus dengan daun pisang dan selalu dipanaskan sebelum siap saji. Artinya ketika kita makan dengan nasi, maka sensasi asam, pedas dan hangat akan memberikan pengalaman  yang sangat berbeda dengan olahan ayam pada umumnya. Kuah dari garang asam ini berwarna putih, gurih karena kaldu ayam yang melimpah akibat pengolahan dengan panas api lambat (di kukus) bukan di rebus layaknya kuah gule ayam.

Saya beruntung bisa berdialog dengan penjaga kekhasan Garang Asem Mbah Rono Klaten ini, tutur beliau di sudah 'nderek' di warung ini puluhan tahun lamanya. Sehingga sampai dengan hari ini meskipun dia tidak mengolah langsung tetapi warisan kelezatannya masih ada di tangan mbah Sadiyem, seorang ahli masak garang asem yang telah mengabdi di warung Garang Asem Mbah Rono. Dewasa ini warung telah dikelola oleh cucu dari Mbah Rono dan jangan kuatir bila datang ke sana karena cukup dengan membayar Rp 20.000,- maka kita sudah bisa menikmati sajian Garang Asem yang sangat lezat.


Senin, 18 April 2016

Soto Gading Wetan Solo

Bagi semua pecinta keplek ilat nama Daerah Gading Solo identik dengan kuliner sotonya. Entah kenapa? Saya juga tidak tahu. Kali ini yang saya cermati adalah Soto Gading Wetan, yang terletak persis di depan Pasar Gading. Bukan apa-apa dan sebab lainnya selain  karena warung ini sangat ramai dan penuh sesak didatangi pelanggannya yang rata-rata adalah warga Kota Solo sendiri. Secara tidak langsung saya akan bilang bahwa harga di sini cukup miring : murah tur enak. Dan yang lebih kondangnya,  di sini soto disajikan dengan piring, bukan mangkok seperti halnya warung-warung soto lainnya. Dan jangan lupa untuk mencicipi lauknya, semacam tahu, tempe dan masih banyak lainnya semua tersaji di meja dalam keadaan hangat, wuenaak tow. Siang ini saya cuma makan sepiring soto, es teh dan dua tempe glepung cukup merogoh kantong Rp 12.000,-. 
Percaya nggak kalau saya bilang murah dan kenapa warga Solo juga njujuk ke warung ini?. Monggo buktikan


Minggu, 27 Maret 2016

Sego Kikil Bu Cilik Solo

Siapa yang belum tahu manfaat kikil? Kikil adalah bagian dari daging kaki sapi yang kaya colagen dan mengandung Sn yang berfungsi sebagai anti oksidan. Dan yang mau saya shared buat teman-teman di sini adalah nikmatnya olahan dari Bu Cilik ini, oseng kikil kecapnya. Mungkin makan kikil dimana-mana akan begitu - begitu saja tetapi di tangan Mbok Galak ini kikilnya menjadi luar biasa. Entah apanya, tetapi bila saya perhatikan, sajian sego kikil ini dipadu dengan oseng-oseng godong kates yang pedas, masih di tambah dengan sambel bawang yang akan mendatangkan sensasi lebih pedas lagi. Alhasil makan sego kikil ini bener-bener 'galak' pedasnya. Tak ayal semua pelanggannya sudah biasa bila makan di warungnya Bu Cilik ini akan berpeluh-peluh dan sesekali memainkan kertas tissue untuk menyeka keringat di dahinya.
Pengunjung warung Bu Cilik tidak hanya dari Solo, tetapi yang dari luar kota pun tidak sedikit untuk rela berantri memperoleh kesempatan makan siang di warung ini. Tidak jarang pula warga Solo yang sedang pulang kota pasti juga akan mampir  kembali di warung berukuran 5 X 8 M ini. Apa istimewanya sich? 
Murah, enak dan mengenyangkan itu pasti, bayangkan saja untuk sepiring nasi kikil dan oseng + tempe tahu  goreng ini cuma di banderol Rp 10.000,-. Dan, rasa kenyangnya awet bisa tahan 6 jam berikutnya sehingga pelanggannya di dominasi oleh laki-laki pekerja lapangan dan para pemburu kuliner. Makan kikil di sini dijamin empuk karena potongan kikilnya di iris tipis, keset kering dan tidak lengket di nasinya (kecuali yen wis entek-entekan), karena kikil yang berada di lapisan terendah  di dasar panci. Sehari Bu Cilik itu mampu menjual kikil hingga 50 Kg dan segera ludes cuma dalam waktu kurang dari jam 14:00, dan bila menghendaki membungkus kikil, ini yang rodo angel karena jarang sekali Bu Cilik mau melayani penjualan kikil tanpa nasi kecuali sudah pesan sehari sebelumnya. (Minggu 27 Maret 2016). Solo ngangeni tow? Monggo pinarak, dahar murah tur enak hanya ada di Solo lho

Jumat, 25 Maret 2016

Sup Matahari - Sup-nya Wong Solo

Kalau melakoni wisata kuliner di Solo kebanyakan orang akan lebih tahu tentang Sego Liwet, iya betul -  ngga keliru karena memang sego liwet telah menjadi icon-nya Kota Solo. Dan setelah itu para pelancong lidah tentu akan berburu gudeg ceker, dan atau mengakhiri malamnya di Warung Hik. Di sini saya akan woro-woro sebuah hidangan murah meriah, sehat dan nikmat, namanya Sup Matahari. Konon sup ini akan mudah di jumpai ketika ada perhelatan pernikahan karena warga Solo sering menyajikannya sebagai dessert. Apa itu Sup Matahari? Sebenarnya itu hanyalah sebuah termilogi kata saja untuk menggambarkan sajian yang terbuat dari adonan daging cacah tepung panir, di tambah rajangan tipis wortel, jamur, sosis dll, Semua bahan tadi akan terbungkus pada lembaran bundar yang terbuat dari telur dadar. 
So, di warung mana yang bisa untuk referensi bila ingin menikmati Sup Matahari setiap saat ini? Ni dia  - Warung Tenda Biru (tapi jangan harap bisa lihat ada tendanya, itu masa lalu ha ha ha ha ha ha - karena memang tidak berada di sebuah tenda) Warung ini satu komplek dengan PonPes Ta'mirul Islam (sisi utara) di Jl Samanhudi 1 Mangkuyudan Solo, persis di depan Hotel Zein Solo. Di Warung Tenda Biru ini tersaji beberapa pilihan menu seperti es gempol, gudeg ceker, selat Solo, dll. Saya rekomended dech buat warung ini karena selain harganya murah, enak juga mudah di akses dari arah manapun. Untuk seporsi Sup Matahari ini misalnya, cuma Rp 7.000,- dan harga porsi menu lainnya ngga jauh-jauh dari angka tersebut dan ngga heran warung ini akan ramai pengunjung karena terkenal enak dan murahnya. 
Silakan - teman-teman pesohor kuliner enak murah mencoba menu yang satu ini.(Maret2016)

Jamu is My Life Style

Ini bukan lips service loh, saya memang suka jamu dan saya masih ingat bahwa kebiasaan - tradisi ini di tanamkan oleh ibu selepas saya  lulus pendidikan SD. Alasannya ibu waktu itu apa , saya pun tidak mengetahui persisnya, yang pasti dengan meminum jamu maka saya telah terjaga kesehatannya  dan sekaligus ikut menjaga kearifan nenek moyang. Nah di Solo - persisnya di Toko Jamu Akar Sari Coyudan teman-teman akan menemukan berbagai jenis jamu dan bisa pula meminumnya sesuai kehendak pesanan. Mau pegel linu, kebugaran, vitalitas dst, semua ada. Soal harga murah meriah dan enak rasanya - ngga seperti kesan yang sering kita dengar bahwa minum jamu itu pahit, amis dan bikin neg. Di Akar Sari kesan seperti ini ngga bakal ketemu, apalagi bagi mereka yang demen minuman beras kencur dan terasa lebih sedap bila di minum tambahan es batu, 
Apakah ada niat pengin mencobanya? Bukankah kita kudu berani anti mainstream? Di saat mereka tergila-gila dengan suplemen obat modern kenapa kita tidak melirik konsep back to nature ini?

Sample Juice Jahe Madu (free charge)

Jenang Solo

Bicara panganan jenang tentu akan terpikir secara cepat, sebuah bentuk hidangan yang dulu pernah digandrungi oleh nenek moyang, mbah-mbah pendahulu kita. Semacam jajanan jadul iya, meski demikian bukan berarti jenang itu tidak enak. Bila berkunjung di RM Omi maka teman-teman akan menemukan aneka jenang yang dibanderol dengan harga Rp 6.000,- per porsi nya, murah bukan? Jenang apa sich yang paling di sukai di rumah makan ini? Semua punya selera tetapi saya lebih memilih jenang Pati Telo atau Jenang Kombinasi (mutiara, sumsum, ketan hitam dan grendul). 

Terus kenapa jenang bisa beraneka ragam seperti ini? bukankah jenang itu semua berangkat dari rasa manis? Pastinya rasa manis bercampur dari aneka nama ini memiliki sensasi tersendiri di lidah. Jenang Pati Telo misalnya, jenang patinya akan bercampur dengan gurihnya juruh (santan) dan manisnya telo. Dan pas kita kunyah di situlah awal kenikmatannya yang sungguh sungguh saya sulit mendiskripsikan kepuasannya. Oiya lokasi RM Omi ini ada di depan POM Bensin Laweyan, Jl Dr Radjiman Solo. Buka mulai jam 09:00 hingga jam 21:00. Selain itu di rumah makan ini tersaji juga ayam dan bebek goreng dan silakan mencicipi kelezatannya.Monggo pinarak...(Maret2016)



Jumat, 18 Maret 2016

Korys - Vegetarian Food nya Solo

Saya terkadang masih terlintas ingatan dari dialog keponakan saya, Khrisna dan mBah Putrinya. Pada suatu saat tanya dia : mBah manusia itu disebut makhluk Carnivora boleh khan? dan ibu saya balik bertanya : kok bisa begitu dan jawab Khrisna : manusia kan makan daging. Saya pusing kalau mengingat-ingat percakapan kritis semacam begitu. Tapi ya sudahlah - toh dia sekarang sudah bisa menemukan jawabannya. 

Dan momen kali ini saya akan bagi-bagi info bagi mereka yang pengin makan berbahan pangan non hewani alias vegetarian food. Apa enaknya ? ya uenaaaklah karena saya sudah mencobanya sehingga bisa menulis pengalaman menjadi salah satu kaum vegan (sesaat) ketika berkunjung ke restoran ini.
Restoran ini terletak di Jalan Urip Sumohardjo no 94 Jebres Solo, bila teman-teman bisa menemukan tulisan Korys Vegetarian & Vegan , ya itu tempat untuk menikmati sajian masakan yang tidak bernyawa alias non-hewani. Bagi mereka yang belum pernah njajal makanan vegetarian pasti berasumsi berkhayal : di sana adanya  cuma sayur mayur yang di kuah, di oseng atau ya sejauh pengetahuannya selama dia peroleh di rumahnya. Padahal di Korys itu kita bisa menikmati makanan yang umumnya di buat dari daging tetapi di resto ini telah di switch bahan bakunya dengan non daging. 
Nah ada baiknya bila suatu saat teman-teman bersempat diri bisa datang di resto ini, dan empunya resto akan senang hati berbagi cerita mengenai kebaikan vegetarian sekaligus aneka sajian yang di pajang dalam resto itu. Taruhlah, saya yang sudah mencoba rendang jamurnya, sate  dan juga sayurnya. Meski di display masih ada pecel, pepes jamur, tahu, tempe | saya ngga bisa njajal semuanya  - maaf kapasitas perut saya under diet condition. Di tempat ini ada keajaiban, meski itu bukan produk hewani tetapi seolah lidah kitapun menjadi buta tidak mampu membedakan apa yang sedang dimakan adalah 'apus-apus'  bukan berbahan daging. Ha ha ha ha kok bisa ? ya bisa lha wong saya dan lainnya fine-fine saja makan ini dan itu di resto Korys. Selain murah meriah sepanjang saya makan pikiran saya mengatakan bahwa : Jangan takut tensimu naik, ini halal semua dan akan bikin badan saya lebih sehat.
Percaya ? please go to there - You will find healty food and more satisfication at Korys.

Ikan Panggang khas Waduk Kedungombo

Saya rada bingung menggunakan terminologi dari dua kata ini :  panggang atau bakar, namun saya akan lebih suka menyebutnya dengan ikan panggang. Kenapa,  karena proses pembuatannya ini benar-benar tidak disentuh dengan api, hanya menggunakan panas dari bara arang yang memnbutuhkan kesabaran ekstra sehingga kematangan ikan panggang ini benar-benar memberikan kesan matang secara lambat dan jauh dari gosong akibat jilatan api seperti yang biasanya kita lihat. Kenikmatan dan kelezatannya bisa makan ikan ini sungguh pengalaman yang berharga apalagi sambil melihat landscape di  Waduk Kedungombo Kecamatan Sumberlawang Sragen. Apa sich yang membuat saya mengangkat kelebihan dari kuliner ikan panggang Waduk Kedungombo secara khusus ini?

  • Yang pertama tentu karena ikan nila segar ini tanpa di goreng (no frying oil) sehingga kuliner ini benar-benar sangat eksklusif - tidak semua warung mau memasak dengan cara demikian karena membutuhkan waktu dan kesabaran - sampai air dalam tubuh ikan ini tiris dan dagingnya matang.
  • Kedua  pemakaian bumbu yang sederhana sehingga citarasa yang dihasilkanyapun benar-benar berbeda dari produk resto modern di kota-kota besar yang pada umumnya sangat mudah kita jumpai. Kalau saya ngga berlebihan untuk menganalogikannya, ikan ini rasanya sangat tradisional layaknya olahan para pemancing atau seperti kembali ke zaman retro - coba bayangkan ya, paduan rasa manis, gurih, tekstur daging yang gempi (padat kesat dan kenyal tetapi empuk mudah di gigit), aroma dari kamijara (sereh), warna kuning kunir untuk menghilangkan amis sekaligus meningkatkan bentuk visualnya.
  • Ketiga : olahan ini sehat jauh dari food additive, murah dan mudah di ketemukan di sepanjang waduk dan dijual secara massive oleh penduduk. Namun demikian seleksi alam dan selera pembeli menjadikan satu dan lainnya berbeda - referensi saya ada di warungnya Mbak Pur (no handphone : ada juga - request in box ya)
Ikan Nila di Warungnya Mbak Pur - Kedungombo Sumberlawang Sragen

Kamis, 17 Maret 2016

WM Pawon nDeso Jatisrono Wonogiri

Kali ini saya mencoba keplek ilat di Jatisrono Wonogiri, pasti ada yang heran, emangnya di Kota Solo sudah kehabisan tempat makan yang nikmat? Nggak begitu karena bagi saya kuliner adalah seni menikmati hasil masakan - olah boga yang menjadikan  mempunyai estetika rasa atau wujudnya. Di warung Pawon nDeso ini contohnya, saya paling suka dengan masakan telur ceplok bumbu rujak meski sebenarnya rumah makan ini punya sajian unggulan asem-asem daging sapi dan gule ikannya. Menurut saya bumbu rujaknya ini sangat lezat, mulai dari rasa pedasnya, gurih dari kemiri terasa pas dan legitnya santan serasa ada cita rasa khas tradisionalnya. Meski demikian bukan berarti asem-asem dan gule ikannya saya nggak suka, cuma skala prioritas karena meski suka kuliner perut saya ngga buncit, itu semua karena saya atur jumlah asupan yang masuk di mulut dengan hati-hati.
Oiya, di sini ada tersedia juga sambel bawang, sambel idjo khas Padang atau sambel terasi. Sederet lauk pauk juga ada dan sayur khas masakan Jawa. Dan semua itu bisa teman-teman nikmati dengan harga yang murah, asem-asem itu misalnya cuma Rp 18.000,- dan lainnya under that price. Lokasinya ada di depan Bank BNI CP Jatisrono. Penasaran dengan apa yang sudah saya makan? Coba aja sendiri - itung-itung sambil mbolang dan melihat Wonogiri yang indah

Selasa, 15 Maret 2016

Warung 'Sekolahan'

Keberadaan warung ini sangat membantu bagi orang-orang yang lagi nunggu keluarganya di RS PKU Muhamadiyah Solo, pas nya di Jalan Ronggowarsito. Bukan hanya mereka yang ada di sekitar area itu tetapi banyak juga anak kost atau warga Solo asli yang sangat menyukai masakan Jawa yang dijual secara turun temurun. Dan justru dari simplenya cara warung itu jualan sehingga ramai di kunjungi oleh pelanggannya dari berbagai kalangan. Konon memang warung ini sudah berjualan sejak zaman Presiden Soeharto masih 'sugeng' dan beliau sekeluarga termasuk yang menyukai masakan dari warung ini ketika nenek mereka masih berjualan. Dan sekarang sudah generasi yang ke 3 dan menempati di halaman sekolahan SD. Saya juga bingung karena ngga ada nama warung sebagai identitasnya maka  teman-teman selalu bilang: Yuk makan di warung sekolahan. Dan saya atau lainnya sudah mahfum dengan istilah itu.
Warung ini hanya buka di waktu menjelang senja hingga malam hari dan akan ramai dipenuhi pembeli ketika para pekerja migran yang hidup di Solo pulang kantor ( 17:00 - 19:30 peak seasson). Karena memang enak dan cocok di lidah maka tidak mengherankan bila terkadang harus rela antri menunggu dilayani oleh si empunya warung. Menu yang layak di coba dan sering dipesan oleh saudara-saudara kita dari kalangan etnis Chinesse adalah Mie Pecel. Sayapun pernah iseng mencobanya karena beberapa kali melihat mereka sangat lahap menyantap di suatu saat. Dan ternyata memang enak- unik perpaduan antara mie goreng yang di siram bumbu pecel. 
Oiya jangan sampai melewatkan gorengan ampas tahu (gembus) karena sangat yummy,  terik tahu, bakwan jagung, sosis solo, tempe wudo yang di goreng dll. Satu item yang paling saya sukai bila dia pas  menjual Bothok Manding, ueenaaak tenan. Meski hanya di buat dari parutan kelapa muda dan buah lamtoro tapi jangan diremehkan karena uenaknya super duper (bagi yang sudah addict ma bothok lho, kaya saya ini). Entahlah bagaimana rahasia komposisi bumbunya karena selama ini saya cuma terima jadi, cung duit cung barang, lebs makan. 
Sayur jangan lombok wonogirian dan masakan bersantanpun yang dia buat sangat smooth taste sehingga berkesan "mriyayeni". Sepertinya di tangan dia ngga ada yang ngga enak semuanya lezat meski hanya bermodal lapak di ujung sebuah emperan SD saja. Dan pelanggan yang makan di warung ini ngga ada yang peduli dengan itu semua.  Mulai dari kalangan biasa hingga keluarga yang berpunya bahkan bermobil sekalipun bisa berkumpul tanpa ada rasa sungkan. Ini memang benar-benar warung untuk rakyat dan inilah Kota Solo yang sudah kondang akan kuliner kaki limanya. Bagi yang kaya pun tidak ada rasa malu untuk makan di tempat yang sederhana meski di pinggir jalan sekalipun.
Sajian Warung Sekolahan

Bothok Tawon | Bothok Lebah

Siapa yang belum tahu bothok ini?
Datang saja di Wr Dapur Jowo Sragen, berlokasi di Ds Jetak setelah bangjo Pungkruk Sidoharjo Kabupaten Sragen.
Jangan ngaku suka kuliner / komunitas keplek ilat bila masih punya rasa jijay atau gigu karena sejatinya menu ini adalah istimewa dan banyak orang yang menyukainya. Lho bener ngga boong, buktinya warung ini selalu di cari oleh mereka yang paham dan tahu akan kelezatan tubuh tawon yang di masak dengan lombok kemudian di kukus. Pastinya anda jangan percaya sebelum mencoba sendiri, dan kalaupun masih ragu karena mungkin ada riwayat alergi ya jangan dipaksakan. Makan aja bothok lainnya yang di jual di warung ini, ada bothok so, bothok ayam, mangut lele atau ayam goreng kampung. Dan soal harganya ngga perlu minder pas di kantong, bothok tawon atau ayam cuma Rp 8.000,- 
Yang masih penasaran - ayo jajalen dewe tunjukan kepada dunia dengan ber swakamera/selfie with bothok tawon. Anda pasti salah satu anti mainstream - pemberani.


Senin, 14 Maret 2016

Busardjo dan Masakan Jawanya

Warung Makan Busardjo  | Apa yang ada di benak anda ketika membacanya? Pasti disangka yang punya warung makan itu bernama Busardjo ? Iya khan, ya iyalah ngga pake lama -  anak kecil juga akan berpikir demikian.  Pertama kali saya berkunjung ke warung itu setahun yang lalu, bayangan saya akan bertemu sesosok ibu berpenampilan jadul, pake kebaya dan berkonde. Nah daripada anda salah dan merasa isin kayak saya waktu itu, mending saya info di sini. Sebenarnya warung itu punya Mbak Farida, terus kenapa jadi bernama Busardjo? Begini ceritanya, (Ojo ngantuk apa lagi bobok - kalau saya cerita ya, ha ha ha).
Warung makan yang selalu ramai dipenuhi oleh karyawan kantor dan profesional muda  di jam makan siang,  terletak di belakang eks Pabrik Es Sari Petodjo Purwosari Solo (Sekarang berdiri Hotel Swis BelIn Sari Petojo). Nah di reka-rekalah oleh Mbak Ida itu untuk nama warungnya yang sekaligus dapat  menjejak alamat usahanya dengan akronim Busardjo - mBuri Sari Petodjo (Indonesia : Belakang Sari Petodjo). Kreatif tow?
Upsh,  kenapa warung ini masuk dalam catatan jalan sutra keplek ilat Solo. Semua orang pasti makan dan kata orang bijak “anda adalah apa yang anda makan”. Kenapa saya berani mengtautkan kalimat bijak itu? Karena sajian di sini semuanya produk yang mendukung kesehatan, kita semua kan juga sudah aware dengan jargon konsumsilah sayuran, perbanyaklah buah dst. Dan Busardjo lah tempatnya, Busardjo di saban harinya menyediakan beberapa sayur dan akan selalu berubah. Jangan sungkan bila mampir di warung ini untuk bertanya menu esok harinya. Biasanya Mbak Ida dengan senang hati akan bilang. Layaknya kita makan di rumah sendiri, healthy food khan. Dan lauk pauk pelengkapnya pasti ada produk ikan selain ayam. Entah itu ikan goreng, balado tuna, pindang atau yang satu ini ….. apa itu ?. Mangut Iwak Pe, olahan khas Semarangan ini bisa di peroleh di Warung Busardjo dan soal rasa saya acungi jempol. Saya rekomendasikan makan iwak pe ini ngga usah jauh-jauh daripada harus ke Semarang. Dari pedasnya yang merupakan kombinasi kencur dan irisan lombok rawit, plus harumnya daun jeruk telah menyempurnai sedapnya iwak pe asap ini.  Kenapa sich saya suka mangut di sini? After taste dari kencur serasa pedas panas tanpa kuatir bersakit perut. Semua sajian di sajikan buffet lunch alias prasmanan – njupuk dewe. 
Terus apalagi selain itu ya? Seperti yang saya bilang, kita kudu makan buah ketika mengakhiri  makan siang tow? Jadi jangan lupa untuk pesan seporsi buah potong, juice buah atau pisang. Dan bagi yang buru-buru dan pengin praktis ekonomis ada juga paket makan semacam nasi goreng, paket lele goreng, mie rebus, soto, dll. 
Warung Busardjo ini bila malam hari menjadi kedai kopi sembari wifi an atau ngobrol hingga tutup di jam 01:00. Nah yang satu ini juga penting untuk di info  –  soal harga. Saya bilang ngga mahal karena untuk sepiring nasi sayur cuma dihargai Rp 5.000,- selebihnya lauk pauk masih relative terjangkau kantong. Jadi ngga heran bila di tiap hari pelanggannya akan makan tanpa rasa bosan dan tidak menguras budget dan tentunya sehat jiwa raganya pulak - niscaya sehat semuanya.


















Jumat, 11 Maret 2016

Yang Suka Sambel Bawang Ini Tempatnya

Bicara makan enak dan tidak harus membayar mahal, mungkin itu adalah salah satu prinsip saya. Dan lagipula memang saya lebih memilih makanan rakyat yang jauh dari bahasa promosi seperti produk-produk modern dewasa ini. Bukan kepada alasan lainnya tetapi lebih ke semangat untuk ikut merasa bertanggungjawab akan keberadaan para pelaku kuliner tradisional yang harus mendapatkan ruang dan waktu untuk keberlanjutan dagangannya. Ini tentunya peran netizen seperti saya, bisa mempopulerkan akan kearifan makanan nusantara, masakan Jawa khususnya. 
Namun demikian tidak  menutup kemungkinan suatu saat saya akan mengulas dan mengangkat tentang kuliner "modern" yang menjadi preferensi masyarakat pecinta kuliner dan tentunya saya sudah mencobanya terlebih dahulu sehingga  mampu untuk menuliskan pengalaman akan 'keplek ilat' atau keplek piring tersebut. 
Nah, kenapa sich saya suka menggunakan jargon keplek ilat? Istilah ini berasal dari Bu Dhe | Siti Soegeng Tjitroatmadja di Semarang yang secara alamiah juga suka makan enak dan telaten sekali bila memasak di dapur sederhananya. Sebenarnya, keplek ilat adalah sebuah sinisme terhadap seseorang yang ngawula ilat, suka mengeluarkan uang hanya untuk makan mengikuti kata selera lidahnya dan kadang sedikit meminggirkan logika dan akal sehatnya. Namun sekarang istilah tersebut lebih luas artinya menjadi orang pecinta kuliner.  
Beberapa tulisan tentang pengalaman keplek ilat sebenarnya sudah sering saya tulis di facebook, atas saran sahabat saya, Mbak Ayuk agar bisa dikumpulkan dalam sebuah blog tentang kuliner. Butuh dua hari bagi saya untuk mengiyakan saran tersebut dan pada hari ini saya akan coba mulai mengumpulkan beberapa tulisan dan dokumen pengalaman tersebut dalam blog ini.

Hari ini saya sudah menyantap habis produk sederhana dari warung kaki lima di pinggir jalan. Hanya bernaung di sebuah tenda berukuran 4 X 6 di Jalan H Agus Salim sebelah kiri Lumbung Batik Purwosari Solo. Pak Joyo namanya, yang punya warung ini adalah bapak dan ibu Joyo sendiri maka mereka kemudian menamai usahanya dengan WM Pak Joyo. Di warung ini tersedia menu ayam, bebek, jeroan sapi, nila, lele dan tahu. Semuanya disajikan dalam satu pilhan, goreng. Yang bisa di pilih cuma sambelnya, ada bawang, tomat atau terasi dan tentunya lalapan sebagai cocolan ada kol, godong kates, kemangi dan irisan timun. Kalau saya kali ini menikmati  paru dan tahu goreng dengan sambel bawangnya yang sangat galak, puedes poll. Tetapi bagi yang suka cita rasa mild, ambil sambel terasi atau yang suka pedasnya "mondo-mondo" ngga pedes, mintalah sambel tomat yang cenderung ke rasa manis. Semua menu sudah saya coba dan saya berpendapat bila masakan Ibu Joyo lebih cenderung asin, anti mainstream bukan? Bayangkan, jualan di Wilayah Solo tetapi cita rasa yang dibangun adalah asin, sesuatu bukan? Meski demikian justru ini adalah sebuah 'niche' peluang taste langka yang digarap dimana masyarakat kuliner di perkenalkan dengan sebuah rasa yang lain daripada lainnya. Soal harga? Hmmmm Arko banget lah, lele cuma Rp 6.000,-, ayam cuma Rp 13.000,- dan bebek dibanderol Rp 15.000,- dan untuk sepiring nasi cuma diharga Rp 3000,-  
Oiya, warung ini bukaknya mulai jam 18:00 sampai habis (kira-kira jam 20:30) dan jangan kecewa bila ngga kebagian tahu gorengnya. Karena tahu gorengnya uenak sekali, bisa jadi karena tahunya direbus bareng dengan ayam sehingga gurihnya lebih terasa dibanding tahu goreng di warung lainnya dan agaknya semua pelanggannya juga selalu cari tahu tersebut.